H
May 15, 2013 Leave a comment
The blog of participants on the APJC Reporting the Economic Life of Communities Fellowship
May 15, 2013 Leave a comment
Bi/Perdagangan
6/5/2013
Bisnis Indonesia
Revitalisasi Pasar
Mengembalikan Kemasyuran Kota Marabahan
Maria Y. Benyamin
maria.benyamin@bisnis.co.id
Matahari pagi di Kota Marabahan masih malu-malu menampakkan batang hidungnya. Namun, suasana panas sudah terasa menyengat. Pada sebuah bangunan bertingkat dengan dominasi warna putih dan biru, tampak para pedagang dengan senyum tersungging dari bibirnya.
Sebagian kios di gedung itu sudah terisi penuh dengan barang dagangan. Sebagiannya masih dalam tahap berbenah, sehingga banyak barang yang masih berceceran sana-sini. Namun, ada juga yang masih kosong, tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Total kios di bangunan itu mencapai 96 buah. Kios-kios yang menempati bangunan putih biru itu menjual beragam produk, mulai dari sembako, pakaian, alas kaki, hingga elektronik.
Selain pedagang kios, ada juga puluhan pedagang los di depan bangunan itu. Jumlahnya kurang lebih 60 unit. Ada beberapa tukang cukur, penjual obat-obatan, pedagang buah, hingga pedagang kelontong.
Semuanya menjadi pemandangan baru di Pasar Baru Marabahan, Selasa (7/5) pagi. Bau cat yang masih tercium di tempat itu sepertinya bisa menceritakan kepada pengunjungnya, bahwa gedung itu baru selesai berbenah.
Pasar Baru Marabahan terletak di Kota Marabahan, ibukota Kabupaten Barito Kuala yang berlokasi 48 km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Melirik sejarah, pasar ini dibangun pada 1972 di atas lahan seluas 4.072 m2. Letaknya sangat strategis karena berada pada di jantung Kota Marabahan dan di persimpangan tiga Sungai Barito dan Sungai Nagara yang menghubungkan tiga daerah yaitu Hulu Barito (Provinsi Kalteng), Margasari, dan Banjarmasin (Provinsi Kalsel).
Ratusan tahun silam, Marabahan telah menjadi bandar dagang Kerajaan Daha yang merupakan tempat jual beli hasil alam Dayak Siang dan Dayak Murung, di antaranya karet, damar, rotan, dan sarang burung. Pembelinya pun datang dari berbagai penjuru dunia.
Marabahan setidaknya pernah menorehkan sejarah sebagai pengekspor produk tikar purun. Menurut Bupati Barito Kuala Hasanuddin Murad, antara 1916 hingga 1922, berdasarkan dokumentasi bersejarah di perpustakaan asing, Marabahan telah mengekspor belasan juta tikar purun. Masa keemasannya yakni pada 1920 di mana Marabahan berhasil mengekspor 13 juta lembar tikar purun senilai 380.000 gulden.
Masih ada sederet cerita kesuksesan Marabahan pada masa lalunya. Catatan lainnya mengungkapkan Marabahan telah menjadi bandar dagang bagi ekspor impor dari Kalimantan dengan pasar global. Dibandingkan dengan distrik lainnya, Marabahan tercatat sebagai distrik yang paling makmur dari Zuid Borneo. Puncaknya pada 1930-an ketika harga karet melambung. Namun, itu adalah cerita masa lalu. Pesona Marabahan yang mahsyur dulunya itu, bisa dibilang hanya tinggal cerita.
Selasa, kemarin, menjadi hari yang bersejarah bagi Kota Marabahan karena merupakan awal kelahiran baru ‘jantung’ ekonomi Kota Marabahan. Melalui Program Revitalisasi Pasar Tradisional yang digagas Kementerian Perdagangan, Pasar Baru Marabahan berubah wajah. Upaya revitalisasi ini tak lain tak bukan adalah salah satu upaya mengembalikan kejayaan masa lalu Marabahan.
Seperti diketahui, Program Revitalisasi Pasar Tradisional sendiri sudah berjalan sejak 2011 dan kini telah memasuki tahun ketiganya. Sepanjang periode tersebut, Kemendag tercatat telah merevitalisasi 447 unit pasar tradisional yang terdiri dari 53 unit pasar percontohan dan 394 unit pasar non percontohan. Pasar Baru Marabahan adalah salah satu dari 53 unit pasar percontohan yang masuk dalam program tersebut.
Pada mulanya, program tersebut diluncurkan dalam rangka meningkatkan daya saing dan posisi tawar pasar tradisional di tengah gempuran pertumbuhan toko moderen yang cukup pesat. Tujuan revitalisasi juga tak lepas dari perkembangan konsumen yang kian menuntut, mulai dari tempat berbelanja yang nyaman, hingga kualitas produk yang dipasarkan.
Di tengah tuntutan itu dan ancaman menjamurnya toko moderen, upaya revitalisasi menjadi suatu keharusan, jika pasar tradisional tidak ingin ditinggalkan karena kerap dekat dengan kesan kumuh, bau, becek, dan tak berkualitas.
Keberhasilan program tersebut setidaknya dapat dilihat dari perbaikan kinerja dan kuantitas pedagang di masing-masing pasar tradisional. Berdasarkan hasil evaluasi kinerja 10 pasar percontohan yang dibangun pada 2011, tercatat omzet transaksi secara bertahap mengalami peningkatan rata-rata sebesar 33%-85% dibandingkan denga omzet yang berhasil diraup sebelum direvitalisasi.
“Omzetnya antara satu pasar dengan pasar lainnya. Ada yang meningkat drastis sampai 80%, ada juga yang hanya di atas 30%. Yang pasti, ada peningkatan omzet dibandingkan dengan sebelumnya,” tutur Bayu.
bupati
barito kuala, daerah agragris..
kabuaten penganga ketahanan pangand i kalsel
pusat distribusi kayu olahan
bergesernya moda transportasi dari air ke darat.. dampaknya aktivitas berkurang… yang searang berlayar tinggal tongkang2 batubara.
mengembalikan marabahan
pembangunan jalan, marabahan menuju kapuas
upaya serius menjadikan marabahan sebagai pusat ekonomi
pabrik cpo 3 pembangunan
dan peauhan kuhusus batu bara, memicu aktivitas perekonoian..
penghasil 70.000 ton jeruk
Bayu krisnhamurthi: penghargaan untuk
Pasar tertib ukur, pasar marabahan
Semua timbangan alat ukur yang digunakn din pasar ini sudah ikut ketentuan berlaku
Secraa simbol memberikan timnangan …
Duayang saya dengar: an
November 29, 2012 Leave a comment
JOURNALISM is evolving in line with technological change, says News Limited chief executive officer Kim Williams.
Addressing members of the Melbourne Press Club at the Crown Casino and Entertainment Complex on Wednesday, he said the smartest young journalists and the most adaptable veteran journalists were inventing the future of journalism and carving out great careers.
“They get ‘technology’ because they’ve grown up with it. They ‘get it’ not just technically but socially. They understand how it can entertain, how it can enlighten, how it can generate revenue and sometimes how it can change the world,” he said.
“While the methods these new journalists employ may be innovative, their content is both thought-provoking and informed by the old-fashioned journalistic crafts of investigation and interrogation.
“The kitchen can sometimes be more revealing than the interview studio. And they’re doing all this in a way that attracts people who may not otherwise think much about politics, and in the process attracting them to the media, encouraging them to think about their democracy, and generating advertising revenue.
“More than this, many of our journalists have moved towards a completely different way of interacting with their audiences. Journalists are no longer the gate keepers and purveyors of unimpeachable wisdom.
“They now hold a conversation with their readers through the marvelous medium of digital technologies – changing in quite profound ways what it is that we all do.”
Mr Williams said what young people and veteran reporters are doing proved that quality journalism was not dying – it was simply ‘evolving’ into something different and possibly better.
He said the onus was on decision-makers to back those journalists and see the trend as ‘our friend’.
November 22, 2012 Leave a comment
FINANCIAL literature should be included in the education system for every economy says aspiring business entrepreneur Yousif Hussien who believes teaching children the importance of managing their finances responsibly would increase development and growth.
Originally from the Middle East, the 19-year old is a business management student at the Canberra Institute of Technology (CIT) and works as a cleaner at the Uni Lodge near the Novotel-Canberra hotel along Northborne Avenue.
“I’m not embarrassed at all cleaning the dorms at the Uni Lodge. I earn $1200 if I work five days cleaning windows, the rooms and the pool,” he said.
“My friend and I were given a contract to clean the dorms on certain days a month ago and I’ve saved quite a lot from what I’ve earned.
“I try to save every penny that I earn and only use it if I really need to buy something. My parents are also working so I help out when I can otherwise I prefer to save my money to open up a business one day.”
He has a few units to complete at CIT before cross-crediting his progress to complete a diploma in business management at the University of Canberra next year.
Though he hasn’t figured out yet what type of business he wants to specialise in, learning the ropes of how to manage one is the first step.
“Working as a store manager at City Convenience has also broadened my knowledge of how to manage a small business and I guess that’s what I want to work on – starting a small business and working my way up,” he said.
“There are a lot of things young people can do with their savings like enjoying an outing with friends or buying a new gadget.
“I think saving for a good future is a good and worthwhile investment. There’s a lot you can do with whatever savings you have – you can save enough to buy a house or in my case, start a new business.”
November 5, 2012 Leave a comment
FORUM Solomon Islands International (FSII) was set up in 2010 through the social media network FACEBOOK.
The FSII is one of the national advocacy body representing the ordinary Solomon Islanders, to fight for justice, equality and equal participation of the citizens of this country in matters pertaining to the development of this country.
The FSII page since its creation attracted a lot of membership of Solomon Islands citizens (both genders – scholars, academics, youths, working class, civil society etc) who share constructive contributions to combat corruption and improve well being in the country.
It had got its fair share of challenges where at one stage a group of people demanded compensation from its office for alledged allegation.
Despite this setback, the Forum still continue to operate with its aim to implement its programme next year.
The Forum’s president, Redley Raramo is currently studying community development in Melbourne University in Australia.
Raramo believes this Forum is one way of addressing the underlying problems in the country.